Dari sisi beragam keunggulan ,perlu disampaikan di sini jika pendidikan non-formal bukan tanpa kekurangan. Kekurangan yang ada dalam program pendidikan ini diantaranya: minimnya koordinir, kelangkaan pengajar professional, dan motivasi belajar yang relatif rendah.Berikut ini ackack.net sudah merangkum serangkaian informasi tentang beberapa kekurangan pendidikan non formal.
Minimnya Koordinir
disebabkan karena keberagaman dan luasnya program yang diadakan oleh beragam faksi. Semua badan pemerintahan, baik yang dengan status departemen atau non departemen, mengadakan beberapa program pendidikan non-formal. Beragam instansi swasta, perseorangan, dan warga mengadakan program pendidikan non-formal yang mempunyai tujuan untuk penuhi keperluan instansi itu atau untuk servis ke warga.
Karena ada macam program yang sudah dilakukan oleh beragam faksi itu memungkinkan berlangsungnya beberapa program yang bertumpang-tindih. Program yang serupa kemungkinan dikerjakan oleh beragam instansi, kebalikannya kemungkinan satu program yang membutuhkan pengerjaan secara terintegrasi kurang mendapatkan perhatian dari beragam instansi. Maka dari itu koordinir antara faksi pelaksana program pendidikan non-formal benar-benar dibutuhkan untuk tingkatkan efektivitas dan efektifitas rencana, penerapan dan penilaian program dan untuk memberdayakan beberapa sumber dan sarana lebih terukur hingga program itu capai hasil yang maksimal.
Tenaga Pengajar Atau Sumber Belajar Yang Professional Masih Tidak Cukup
Pelaksana aktivitas evaluasi dan pengendalian program pendidikan non-formal sampai sekarang ini beberapa paling besar dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang tidak memiliki background pengalaman pendidikan non-formal. keterkaitan mereka dalam program pendidikan didorong oleh rasa dedikasi ke warga atau kerena pekerjaan yang didapat dari instansi tempat mereka bekerja, dan mereka secara umum berdasar belakang pendidikan resmi.
Realita ini kerap memengaruhi langkah performa mereka pada proses evaluasi anatara lain dengan mengaplikasikan pendekatan mengajarkan pada pendidikan resmi dalam pendidikan non-formal hingga pendekatan ini pada intinya tidak sesuai beberapa prinsip pembalajaran dalam pendidikan non-formal. Pengendalian program pendidikan non-formal membutuhkan pendekatan dan ketrampilan yang relatif berlainan dengan pengendalian program pendidikan resmi. Untuk menangani kekurangan itu karena itu dibutuhkan usaha kenaikan kekuatan tenaga pengajar yang ada pada penyediaan tenaga professional pendidikan non-formal.
Baca Juga : Sistem Pembelajaran di Jepang: Apa Perbedaannya dengan Sistem Pembelajaran di Indonesia?
Motivasi Belajar Peserta Didik Relatif Rendah
Ada kesan-kesan umum jika lebih rendah nilainya dibanding pendidikan resmi yang peserta didiknya mempunyai motivasi kuat untuk pencapaian ijazah.
Pendekatan yang sudah dilakukan oleh pengajar yang memiliki background pengalaman pendidikan resmi dan mengaplikasikannya dalam aktivitas evaluasi pendidikan non-formal secara umum tidak aman untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik.
Masih ada program pendidikan, yang terkait dengan usaha memperlengkapi peserta didik untuk meningkatkan kekuatan di bagian ekonomi, tidak dilengkapai dengan saran lain (other input) hingga peserta didik atau alumnus tidak bisa mengaplikasikan hasil belajarnya.
Beberapa alumnus pendidikan non-formal dipandang lebih rendah statusnya dibanding status pendidikan resmi, justru umum terjadi beberapa alumnus pendidikan yang disebutkan pertama ada dalam dampak alumnus pendidikan non-formal.
Dengan begitu, kekurangan-kelemahan di atas sebagai contoh-contoh yang ada di atas lapangan. Tetapi pendidikan non-formal lama-lama semakin dianggap keutamaan dan hadirnya sebagai pendidikan yang erat berkaitan dengan keperluan warga dan bangsa dan sebagai sisi penting dari peraturan dan program pembangunan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan